Pelatihan Berbasis Kompetensi: Juru Gambar AutoCAD 2D 3D, Sketchup, Revit, Lumion, Inventor, RAB, Ahli Gambar Teknik Mesin, Arsitektur, di Bandung, Surabaya, Malang, Jakarta, Depok, Bekasi, Kediri
Spider untuk Menjaga Agar Tangki Tetap Silindris dan Kosentris Selama Proses Pengelasan
Tangki yang berukuran besar biasanya dibuat dari beberapa lembar plat yang dirol dan disambung dengan prose pengelasang. Untuk memastikan tangki tetap berbentuk silindris dan sumbunya tetap kosentris dalam proses pengelasan bagian dalam tangki diikat terlebih dahulu dengan konstuksi laba-laba(spiders).
Semoga Bermanfaat
Salam Jabat Erat
Kampung Drafter
Belajar Gambar Teknik Mesin dari Ahlinya
085795561584
Bulk forming adalah proses severe deformation dalam pengerjaan logam untuk menghasilkan perubahan bentuk yang masif. Kevbanyakan dikerjan melalui proses pengerjaan pnas.
Secara dasar Proses pengerjaan logam melalui bulk forming terdiri dari:
Rolling
Extrusion
Forging
Wire Drawing
Semoga Bermanfaat
Salam Jabat Erat
Kampung Drafter
Belajar Gambar Teknik Mesin dari Ahlinya
085795561584
Pada proses pembentukan logam, untuk mendapatkan bentuk-bentuk yang diinginkan, dilakukan pemberian gaya sampai terjadi deformsi plastis pada benda kerja.
Deformasi Plastis Pada Metal Forming
Biasanya digunakan tool berupa cetakan (die) dengan bentuk yang diinginkan dengan diberikan gaya tekan sampai melewati tegangan luluh (yield strength) material sehingga terjadi bentuk sesuai dengan cetakan karena terjadi deformasi plastis.
Semoga Bermanfaat
Salam Jabat Erat
Kampung Drafter
Belajar Gambar Teknik Mesin dari Ahlinya
085795561584
Sistem struktural sebuah bangunan dirancang dan dikonstruksi untuk dapat menyokong dan menyalurkan gaya gravitasi dan beban lateral ke tanah dengan aman tanpa melampaui beban yang diizinkan atau yang dapat ditanggung oleh bagian-bagian sistem struktur itu sendiri.
Superstruktur atau struktur atas adalah perpanjangan vertikal bangunan di atas fondasi
Kolom, balok, dan dinding penopang menyokong struktur lantai dan atap.
Substruktur atau struktur bawah adalah struktur dasar yang membentuk fondasi sebuah bangunan.
Penggunaan besi yang sesuai dengan standar strukturpun belum menjamin sebuah struktur akan tahan terhadap gempa yang kuat apabila besi beton tidak dirangkai dengan benar. Salah satunya pembengkokan yang harus dilakukan pada ujung kait sengkang atau begel.
Ujung kait sengkang ditekuk dan panjang > 6 diameter besi atau > 50 mm adalah untuk mencegah terlepasnya sengkang yang bisa menyebabkan pecahnya struktur beton ketika terjadi goncangan gempa yang kuat
Inersia Yang Bekerja Pada Struktur Bangunan Ketika Terjadi gempa Bumi
Gempa bumi tektonik merupakan gejala alam yang telah terbukti
mempunyai daya rusak yang hebat. Terjadinya gempa bumi disebabkan
hancurnya material kulit bumi di daerah patahan akibat terjadinya
pergeseran dua lempeng tektonik yang saling berbeda arah.
Hancurnya material kulit bumi tersebut mengakibatkan terpancarnya
energi gempa yang menjalar dari pusat gempa (hipocentre) ke
permukaan dan dipermukaan bumi. Besarnya gempa tergantung dari
waktu ulang (returnperiod) kejadian. Semakin panjang waktu
getarnya (energi potensial) maka gempa semakin besar.
Bekerjanya gempa pada bangunan dapat diilustrasikan sebagai
berikut:
Bayangkan kita sedang berdiri di atas bak sebuah truk menghadap
ke samping dengan kaki terbuka, kaki kanan di belakang dan kaki
kiri di depan. Tiba-tiba truk dijalankan lalu direm dan
dijalankan lagi ke belakang. Apabila kecepatan awal sangat tinggi
(percepatan besar) maka kemungkinan besar kita akan langsung
terjatuh ke arah belakang sebelum truk direm. Tapi apa bila truk
bergerak dengan pelan, maka pada awalnya akan terasa mau terjatuh
ke belakang, kaki kanan kita akan merasa tertekan, sebaliknya
kaki kiri akan terangkat. Mekanisme mau jatuh ke arah belakang
terjadi karena berat tubuh kita berusaha melawan pergeseran tubuh
ke depan. Gaya ini adalah gaya inersia (Newton: gaya
inersia=percepatan x berat massa). Menurut Newton makin besar
percepatan maka makin besar gaya inersianya dan makin berat massa
maka makin besar gaya inersia. Mekanisme berikutnya, setelah
tubuh kita “tertinggal” oleh kaki yang sudah bergerak ke depan
mekanisme berikutnya, setelah tubuh kita “tertinggal” oleh
kaki yang sudah bergerak kedepan (karena gaya inertia) tubuh
kita akan mengayun kedepan berusaha berada diatas kaki
kembali, tapi pada saat yang hampir bersamaan gerak truk sudah
kebelakang lagi demikian seterusnya. Mekanisme ini akan
berlanjut sampai truk berhenti atau setelah kita terjatuh.
Dapat kita bayangkan lebih lanjut, kalau arah menghadap kita
dirubah menjadi kedepan, maka “perilaku” tubuh kita akan
berbeda, atau kalau salah satu tangan kita membawa ember berisi
air, “perilaku” tubuh kita a berbeda lagi. llustrasi ini
walaupun tidak sempurna tapi dapat menggambarkan apa yang
dilalami bangunan saat digetarkan/digoncang oleh gempa. Gempa
bumi menggetarkan pondasi banqunan melalui tanah, getaran
tersebut tidak beraturan dan dirambatkan ke atas melalui
komponen-komponen vertikal, disebarkan secara horizontal melalui
diafragma (lantai/atap) dan seterusnya. Percepatan tanah dan
berat massa mentukan besarnya gaya inersia (Newton), di samping
itu menurut Arnold, bentuk dan ukuran bangunan, sifat dan
penatean elemen elemen struktural, serta sifat dan penataan
elemen elemen non struktural yang didefinisikaan sebagai
konfigurasi bangunan” selanjutnya disebut “konfigurasi” saja)
sangat berpengaruh terhadap perilaku bangunan bila digetarkan
oleh gempa. Jadi besarnya gaya-gaya yang bekerja pada komponen-
komponen struktur pendukung gampa tidak hanya karena gaya inertia
menurut Newton,
“Konfigurasi” pada prinsipnya dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu “konfigurasi” serhana dan “konfigurasi” tidak sederhana. “Konfigurasi” tidak sederhana mengakibatkan perilaku bangunan tidak sederhana, dinamis dan ada resiko terjadinya perbedaan antara perilaku nyata dengan rancanqan struktur, sehingga berpotensi terjadi mekanisme-mekanisme kegagalan struktur yang berbahaya seperti: torsi pada massa bangunan, soft storey, set back, short column, strong beam weak column. “Konfigurasi” tidak sederhana juga mengakibatkan struktur bangunan tidak efisien.
Keamanan dan efisiensi bangunan merupakan bagian yang mendapat perhatian penting perancang struktur. Rancangan struktur dilandasi falsafah: keamanan jiwa pengguna gedung, keamanan materi, dan kekuatan struktur. Dalam Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia Untuk Gedung Tahun 83 disebutkan: bangunan tidak roboh terhadap gempa skala besar; elemen struktural boleh rusak dalam batas batas tertentu, tapi elemen struktural tidak rusak terhadap gempa skala menengah; dan bangunan tidak boleh rusak sama sekali terhadap gempa skala kecil. Dengan falsafah ini, kekuatan elsatik struktur diperhitungkan terhadap gempa kecil, sedangkan untuk gempa besar beban harus dapat diterima oleh daktilitas struktur. Kekakuan struktur sangat berperan mengurangi kerusakan-kerusakan komponen-komponen serta elemen-elemen struktural maupun non struktural. Kinerja struktur yang mampu berperilaku seperti ini, dirancang oleh perancang struktur, namun arsitek sebagai perancang sangat berperan menghasilkan “konfiqurasi”nya.Kerja sama antara arsitek dan perancang struktu menjadi kata kunci yang penting.
Pendekatan perancangan struktur dan pendekatan perancangan
arsitektur didaerah gempa tidak harus saling berbenturan walaupun
persyaratan-persyaratan struktur dalam seismic design sangat
ketat, Dengan tidak meninggalkan prinsip perancangan arsitektur:
kegunaan, kekuatan dan estetika (Vitruvius), bagi arsitek tidak
jarang persyaratan-persyaratan struktural tidak menjadi kendala,
tapi bisa menjadi pemicu ide, sedangkan perancang struktur
“konfigurasi” (baca: ide arsitek) yang tidak se-derhana bisa jadi
pemicu ide pemecahan struktur, untuk itu diperlukan koordinasi
yang baik sejak awal proses perancangan antara arsitek dan
perancang struktur sangat diperlukan.
Sumber:
Gempa Bumi, Pengaruhnya Terhadap Tampilan Bangunan
Oleh B Satya W maer
Semoga Bermanfaat salam Jabat Erat
Kampung Drafter
Tempat Belajar Gambar Teknik Konstruksi
085795561584
Ketika kita berbicara tentang arsitektur sebagai seni bangunan, kita harus mempertimbangkan sistem-sistem konsep aturan berikut ini sebagai bahan pertimbangan faktor fisik konstruksi:
Definisi, skala, proporsi, dan organisasi ruang interior sebuah bangunan
Urutan aktivitas manusia berdasarkan skala dan dimensi
Pengelompokan zona fungsional ruang pada bangunan berdasarkan tujuan dan penggunaannya
Akses menuju bangunan, jalur lalu lintas horisontal dan vertikal dalam bangunan
Kelayakan kualitas bangunan: bentuk, ruang, pencahayaan, warna, tekstur, dan pola
Bangunan sebagai komponen integral dari lingkungan alami dan lingkungan buatan di sekitarnya.
Ilustrasi Konstruksi Bangunan, Francis D.K. Ching, Casandra Adams
Dimensi dan pembesian kolom, balok sloof dan balok ring yang diterbitkan oleh Plang Merha Indonesia sebagai pedoman pembangunan rumah satu lantai tahan gempa.
Dimensi Sloof, Balok dan Kolom
Balok Sloof
Begel, besi diamater 8 mm
Jarak antar begel 150 mm, atau 125 mm bila menggunakan begel dengan diameter 6 mm
Besi tulangan berdiameter 12 mm
Kolom
Begel, besi diamater 8 mm
Jarak antar begel 150 mm, atau 125 mm bila menggunakan begel dengan diameter 6 mm
Besi tulangan berdiameter 12 mm
Ringbalk dan Balok Lintel
Begel, besi diamater 8 mm
Jarak antar begel 150 mm, atau 125 mm bila menggunakan begel dengan diameter 6 mm